CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Kamis, 11 September 2008

Penemu iPod adalah apple, benarkah?

Jika berbincang tentang pemutar musik digital, yang teringat tentu nama iPod, peranti yang sukses besar mengubah industri musik dunia.

Selama ini orang hanya tahu bahwa Apple adalah produsen pemutar musik digital itu. Tapi siapa tahu bahwa ternyata penemu digital audio player itu adalah pihak lain. Itu diakui sendiri oleh Apple.

Adalah Kane Kramer yang disebut Apple sebagai penemu peranti yang digandrungi jutaan orang di dunia.

Fakta itu terungkap dalam persidangan antara Apple dan Burst.com. Dalam proses peradilan itu, Kramer bersaksi untuk Apple.

Kramer menemukan digital audio player pada 1979. Alat yang ditemukan itu memiliki kapasitas penyimpanan lagu berdurasi 3,5 menit.

Kramer kehilangan patennya saat perusahaannya, IXI, bangkrut pada 1988. Setelah itu, ide brilian itu pun redup dan lenyap ditelan masa.

Sebelumnya, Apple meminta bantuan Kramer untuk memenangi kasus hukum dengan Burst.com. Tapi belum ada rencana untuk membagi sebagian keuntungan dari penjualan iPod itu dengan sang penemu.

“Jujur saja, saya sangat senang bahwa akhirnya sesuatu yang saya kerjakan, yang terbukti sukses besar dan membuat perubahan besar di industri musik dunia, akhirnya diakui. Saya sangat emosional terhadap hal itu,” kata Kramer.

Tapi Kramer masih berhasrat mendapat sedikit uang dari copyright gambar peranti itu.

Sumber: karodalnet.blogspot.com

Malaysia Batasi Musik Indonesia, d'Masiv Santai

Jakarta - Kontroversi pembatasan musik Indonesia di Malaysia tak menyurutkan band d'Masiv untuk tetap menggelar konser di Negeri Jiran tersebut. Alih-alih ikut emosi mereka malah memilih untuk menanggapai masalah tersebut dengan santai.

"Kita sih santai saja. Tanggal 17-19 Oktober nanti kita juga mau konser di situ kok," ujar Rian sang vokalis saat ditemui detikhot di Blok M Plaza, Jakarta Selatan, Rabu (10/9/2008) malam.

Band jawara Wanted 2007 itu juga tak mau ambil pusing dengan permintaan musisi Malaysia mengenai kuota musik Indonesia di negaranya. Lagi pula menurut mereka, kehadiran pelantun 'Cinta Ini Membunuhku' itu di Malaysia juga karena permintaan fans mereka di sana.

"Ini juga permintaan pihak Malaysia kok. Makanya kita konser di sana," ujar Rian lagi.

detik.com

Britney Spears Eksis di Vogue

Jakarta Setelah penampilannya yang mengundang banyak pujian di acara MTV Video Music Awards karir Britney Spears terus menanjak. Kini majalah yang menjadi kiblat fesyen dunia, Vogue akan menampilkan fotonya.

Pada Selasa (9/9/2008), pelantun 'Toxic' itu telah melakukan sesi foto. Selama enam jam, Britney difoto di sebuah rumah kawasan Bel Air, Los Angeles, demikian kutip detikhot dari Femalefirst, Kamis (11/9/2008).

Fotografer ternama Patrick Demarchelier yang merupakan fotografer tetap majalah Vogue, sengaja terbang dari London ke Amerika Serikat demi sesi pemotretan tersebut.

Tampil prima dan sabet tiga penghargaan di MTV Video Music Awards, muncul di majalah Vogue, wow tampaknya bintang Britney Spears kembali bersinar. Congrats to Britney!

Fashion Show Dalam Air???





Berbagai cara dilakukan untuk memperkenalkan produk termasuk busana. Di Sydney, Australia, fashion show di dalam air diperagakan para selebriti negeri kanguru untuk memperkenalkan busana. Ada-ada aja yah?

Jumat, 15 Agustus 2008

Apakah Orang Yang Tidur Bisa Bersin?

Lama-lama, pertanyaan-pertanyaan di Pernik Ilmu ini gak ada habisnya. Koq rasanya banyak banget ya, yang perlu kita bahas?

Pernah nggak kepikiran, kenapa saat sedang tidur, kita nggak bersin?

Saya kepikiran. Makanya, sekarang kita bahas ini ya :)

Orang bersin karena bagian dalam hidung mengembang, hampir serupa dengan balon yang ditiup, dan ketika partikel-partikel yang melayang-layang, termasuk alergen atau partikel debu, mengenai sisi bagian yang mengembang ini, maka terjadilah bersin. Demikian juga pada waktu angin berhembus atau ketika pintu membuka atau ada hembusan bau menyengat, sering terjadi bersin.

Nah, kebanyakan ruang tidur tidak memiliki aliran udara pada malam hari. Tidak ada orang yang berjalan kesana kemari sehingga tidak ada debu beterbangan, tidak ada partikel yang masuk dalam hidung. Makanya, biasanya orang akan bersin justru saat terbangun, membuka selimut, atau saat membuka lemari karena ada aktivitas yang mengaduk partikel-partikel yang tinggal semalaman.

Kemudian, lapisan dalam hidung sebenarnya cenderung lebih mengembang pada waktu orang berbaring. Namun karena tidak ada hembusan, maka tidak akan terjadi bersin.

Nnnnnnaaaaahhhhh! Dah tau deh sekarang :-D

Kamis, 14 Agustus 2008

Mengapa Bola Lampu Tidak Dibuat Berumur Lebih Lama?

Sekarang Indonesia lagi krisis listrik. Pangkal masalahnya sebenarnya bukan krisis listrik, tapi melonjaknya batubara. Ah, kalau kita runut masalahnya lagi, akar masalahnya mungkin masih panjang. Udahlah, kita nggak usah bahas itu. Kita kan sedang berada di Pernik Ilmu, bukan Kompas.com, Hihihi :-D

Omong-omong soal listrik deh sekarang. Orang sering mengasosiasikan mati listrik dengan mati lampu. Padahal kalau mati listrik, bukan cuma lampu yang mati, tapi ya semua benda/alat yang bekerja menggunakanlistrik. Omong-omong soal lampu lagi, pernah nggak kepikiran, kenapa bola lampu dirancang sedemikian rupa sehingga suatu saat lampu akan “putus” dan nggak bisa digunakan lagi? Ya kalau bola lampu bisa digunakan selama-lamanya, siapa dong yang mau berbisnis produksi bohlam? Lagi-lagi, kita kan sedang berada di Pernik Ilmu, bukan Business Review :-D

Sekian ah, intronya.

Bola lampu sebenarnya memang direkayasa dengan cermat sekali agar mampu beroperasi hingga jangka waktu tertentu. Yang paling menentukan waktu pakai (usage time) lampu adalah temperatur filamen saat pengoperasian. Untuk wattage atau kebutuhan daya tertentu (konsumsi daya listrik yang diperlukan), makin tinggi temperatur dan keluaran cahaya, makin pendek masa pakainya.

Bola lampu “long life” mempunyai filamen yang dirancang untuk berpijar pada temperatur lebih rendah. Tetapi, jika temperaturnya rendah, cahaya terang yang diperlukan mungkin tidak akan dihasilkan. Sementara temperatur tinggi menghasilkan cahaya lebih biru, lebih putih. Nah, kalau bola lampu “long life “ biasanya akan menghasilkan cahaya agak kekuningan.

Bola lampu “long life” menyerap energi yang lebih kecil karena filamennya dirancang untuk dilewati oleh arus listrik lebih kecil. Lampunya tidak begitu panas, cahaya pun redup. Tapi kita pasti jadi rugi. Kenapa? Karena selain cahayanya kuning, kita harus membeli wattage lebih tinggi agar mendapatkan intensitas cahaya yang diharapkan dari bola lampu normal.

Undang-undang udah mengatur kalau kemasan bola lampu standar harus memberitahukan jumlah jam masa pakai lampu di dalamnya, juga besar cahaya yang mampu dipancarkan ke semua arah = besar lumen. Bandingkan jumlah jam dan angka lumen pada kemasan “long life” dengan angka serupa pada kemasan bola lampu biasa untuk wattage yang sama. Apabila kita bersedia mendapatkan cahaya lebih redup dan harga lebih tinggi namun tidak usah sering mengganti bola lampu, belilah tipe “long life”.

Sebaliknya, jika kita mencari bola lampu dengan harga paling murah, bawa kalkulator saja pas beli :) Untuk keperluan daya tertentu, kita menghendaki cahaya seterang mungkin, selama mungkin, dengan harga semurah mungkin. Bagilah harga lampu yang akan dibeli dengan angka lumen, kemudian bagi hasilnya dengan jumlah jam masa pakai yang diharapkan. Hasil paling kecil adalah hasil paling baik. Mengertikah? Baca lagi deh :-D